Haktaran Lahan Pertanian Gagal Panen

GIANYAR, BALIPOST.com - Puhan hektar lahan pertanian di Desa Batubulan, Sukawati, kini terancam gagal panen akibat kekeringan. Bahkan hingga kini padi yang dominan baru berumur 30 hari terebut sudah menguning karena rusak di atas tanah yang kering dan retak. Kondisi ini terjadi karena minimnya debit air saat musim kemarau, ditambah perbaikan saluran air yang tidak kunjung selesai. Pantauan Bali Post di Subak Sumandang, Desa Batubulan, Sukawati Jumat (11/9/2015), masih nampak hektaran lahan pertanian yang berdampingan dengan deretan perumahan. Di Subak tersebut sudah ditanami padi yang berusia antara 30 sampai 45 hari. Meski masih muda padi tersebut sudah menguning dan rusak, karena tumbuh di atas tanah yang kering dan retak, akibat berhari-hari tidak dialiri air. “ Lihat saja, karena lama tidak dialiri air tanah sampai kering dan retak, beberapa padi juga mulai rusak, “ ungkap Kadek Parwati seorang petani asal Desa Batubulan. Ia menuturkan kondisi ini sudah terjadi sejak memasuki musim kemarau tahun ini, hektaran sawah harus mengalami kekeringan karena minimnya debit air yang mengaliri subak tersebut. “Sudah sebulan lebih kondisinya seperti ini, kalau begini terus padi saya pasti mati, dan kami semua gagal panen, “ keluhnya. Ia berharap ada jalan keluar dari kondisi ini, apalagi padi miliknya yang tumbuh di atas lahan 16 are, kini baru memasuki massa hamil, sehingga membutuhkan air dalam jumlah banyak. Sementara beberapa petani lain, yang padinya baru berumur 30 hari, juga tetap menanti kedatangan air. “Setiap malam, banyak petani yang begadang menunggu air, “ ujarnya. Hal senada disampaikan Made Jingga. Petani yang juga asal Desa Batubulan ini menuturkan minimnya debit air memasuki musim kemarau tahun ini, memang lebih parah dari tahun sebelumnya. “ Musim kemarau tahun lalu, air masih tetap ada, tapi sekarang sangat minim ditambah dengan pengerjaan perbaikan saluran air. “ tuturnya. Dikatakan, sebelumnya memang sudah ada himbau ke para petani bahwa akan ada pengerjaan proyek saluran air. Tapi karena ini memang musim tanam, semua petani sepakat untuk tetap menanam padi. Hingga kini antara proyek perbaikan dengan petani, mendapat jeda waktu 10 hari pengerjaan saluran irigasi dan tiga hari pengaliran air untuk lahan pertanian. “ Selama pengerjaan ini, air tidak akan dialirkan. “ keluhnya. Ia menambahkan kondisi kekeringan ini kini dialami delapan subak lainya di Desa Batu bulan seperti Subak Pasekan, Subak Sumandang, Subak Sinteba, Subak Silungan, Subak Munchan, Subak Pejadi, Subak Palekan dan Subak Sasih. Dikatakan meski mengalami krisis air para petani tetap turun untuk membersihkan rumput liar yang tumbuh. “ Sekarang kami tidak bisa lakukan apa-apa, hanya membersihkan rumput liar, kalau terus tidak ada airkami semua pasti gagal panen. “ keluhnya. (manik asta jaya/balipost)