Buruh Batu Padas Ini Bertaruh Nyawa Demi Uang Rp 1.500
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Nyawa para buruh batu padas dinding Sungai Petanu di perbatasan Desa Sukawati dan Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, sangatlah berbahaya.

Dimana sewaktu-waktu terancam oleh longsoran bongkahan dinding yang mereka gali sendiri.
Dari data yang dihimpun Tribun Bali diketahui, sebagian besar buruh batu padas di Sungai Petanu Sukawati merupakan perempuan.Dengan usia mulai dari 30-65 tahun yang berasal dari Desa Bonbiu, Blahbatuh.
Dan jam kerja mereka dimulai dari pukul 09.00 Wita hingga 18.00 Wita.
Dimana pekerjaannya mulai dari membelah dinding Sungai Petanu. Setelah itu membentuknya menjadi persegi empat dengan panjang 60 sentimeter, lebar 15 sentimeter dan tebal lima sentimeter.

Setelah selesai membentuk, batu tersebut diangkut ke atas tebing.
Dari tempat mencari batu hingga ke atas tebing, mereka harus menaiki tebing dengan kontur jalan dari tanah merah setinggi 200 meter hingga 500 meter.

Dari proses pembentukan batu hingga menaruh batu di atas tebing, satu pekerja dibayar Rp 1.500 hingga Rp 3.000 per buah tergantung jarak tempuh.
Seorang buruh batu padas, Ni Wayan Rumini (38) asal Banjar Kawan, Desa Bonbiu, Blahbatuh mengatakan setiap hari pengasilannya rata-rata Rp 50 ribu.
Meskipun jerih payah dan tantangannya tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan, Rumini mengaku tetap bersyukur.
"Syukuri saja. Sebab sangat sulit mencari pekerjaan. Kebutuhan banyak. Belum biaya untuk bebantenan, iuran di banjar, sekolah anak-anak dan kebutuhan sehari-hari. Kerja apapun tidak masalah," ujarnya, Minggu (29/3/2015) pagi.(*)